Jumat, 14 Agustus 2009

Profil Geopala

GEOPALA
(Geografi Pecinta Alam)
Berdiri : :
12 Desember 2004 (puncak Welirang) 07.02 WIB
Pendiri : :
Tim 15 (Aruna’02, Di2k’02, Hendra’02, Mi2ng’02, Eko’02, Liza’02, Dayu’02, Nur hayati’02, Yuni’02, Hendrik’03, Anang’03, Atmi’ah’04, Charis’04, Mas’udi’04, Irfan’04)
Visi :
Untuk mencapai ridho Tuhan Yang Maha Esa dengan cara melestarikan ciptaanNya
Untuk menyalurkan bakat dan minat anggota Geopala khususnya dan mahasiswa Geografi pada umumnya.
Menambah wawasan mahasiswa tentang pentingnya arti cinta lingkungan hudup
Misi :
Megadakan obsesfasi lingkungan dalam rangka meningkatkan civitas akademik dalam bidang lingkungan hidup baik intern maupun ekstern kampus.
Menambah perbendaharaan ilmu Geografi pada umumnya
Meningkatkan rasa solidaritas dan rasa persatuan antara sesama mahasiswa Geografi FIS UNESA.
Sejarah singkat :
Berawal dari kesamaan hati dan hoby dari segelintir mahasiswa geografi yang mempunyai keinginan untuk tetap eksis pada hoby dan kegiatanya. Mereka merencanakan untuk membuat suatu wadah organisasi untuk menampung hoby dan kegiatan mereka yang sama. Maka mereka mengutarakan uneg2 mereka kepada dosen jurusan geografi (Pak Dar & Pak Sapar). Beliau akhirnya menerima dan mau menjadi Pembina organisasi tersebut.
Setelah berdiskusi dengan kepala jurusan saat itu(Alm. Ardjito) dan oleh beliau disetujui maka terbentuklah GEOPALA (Geografi Pecinta Alam). Setelah terbentuk tidak sedemikian lupa langsung bisa mengadakan kegiatan. Waktu itu terjadi perdebatan tentang dimana letak organisasi ini. Apakah masuk struktur BEM J?atau berdiri sendiri?.
inipun telah banyak yang berubah fungsi menjadi ladang pertanian, hanya luasnya tidak seperti gunung Sundoro ataupun Sumbing, dan hanya beberapa punggungan saja yang merupakan ladang pertanian.
Pendakian pun kami mulai dengan melewati jalur selo. Cuaca mendung setelah hujan deras tadi mengiringi langkah kami. Di perjalanan kami menjumpai fauna khas gunung yaitu lutung. Bahkan di atas langit kami menjumpai elang jawa yang sedang terbang bebas. Sungguh penyambutan yang luar biasa bagi kami. Tak lama berselang kami telah memasuki kawasan hutan taman nasional G Merbabu. Jarak pos 1 dengan pos 2 memang paling panjang, dapat ditempuh sekitar 4 jam. Setelah sampai di pos 1 (Dok Malang) kami beristirahat sejenak. Sambil melihat indahnya puncak merapi yang kelihatan mengeluarkan erupsi tipe merapi. Tak lama tim beristirahat, tim kembali melanjutkan perjalanan ke pos 2. diiringi dengan udara yang mulai terasa dingin dikarenakan udara dingin yang mulai naik serta mulai redupnya penglihatan kami karena malam mulai menyelimuti tim. Akhirnya tim putuskan ngecamp karena salah satu teman tim ada yang sudah tidak kuat.
Paginya kami lanjutkan perjalanan menuju ke Batu Tulis (Pos 3), dimana Batu Tulis adalah inmemoriam dari teman RAFAPALA Surabaya dengan nama Heri Susanto yang meninggal pada tanggal 23 februari 1997. kemudian tim menuju Sabana 2 daerah jemblongan dengan tanjakan kira-kira 45 derajat. Daerah jemblongan sendiri adalah padang sabana yang sangat luas dan indah pemandanganya untuk dinikmat dibawah gunung kukusan. Setelah beristirahat sejenak tim melanjutkan perjalanan menuju puncak merbabu yang sudah terlihat. Tepat pada pukul 12.00 tim sudah sampai di puncak.
Di puncak ini dapat dilihat beberapa jajaran gunung di jawa tengah seperti G. Senduro, G.Sumbing, G.lawu, G.Merapi dan G.Slamet. Gunung merbabu relatif masih terjaga dengan baik akan kan kelestarian ini dapat di nikmati anak cucu kita..???? (Kera)

BIAYA EKSPEDISI
Rincian perjalanan :
- Ongkos perjalanan Surabaya (wonokromo) --- 6jam ---Solo (jebres) Rp. 20.000,-
- Stasiun jebres ---20 menit--- Terminal solo Rp. 2.500,-
- Solo ---40 menit--- Surowedanan (Boyolali) Rp. 4.000,-
- Boyolali ---1 jam--- Selo Rp. 7.000,-
- jalan ke pos perijinan --- 2 jam Rp 0,-
- Pos Perijinan --- 8 jam --- Puncak Tiket Pendakian + Asuransi Rp. 5.000,-
Rp. 37.500,-

Ekspedisi Mt. Merbabu (3.142 mdpl)











Nama Puncak : Puncak Merbabu
Type : Strato
Letak : Kabupaten Magelang, Boyolali - Jawa Tengah
Tinggi : 3142 mdpl
Posisi Geografi : 7 º 45’ 35” LU dan 110º 45’ 30” BT
JALUR ALTERNATIF
- Kopeng - Wisata Umbul Songo - Makam Desa - Pos Pending dan Jalur Wekas
PANDANGAN UMUM
Gunung yang mempunyai bentuk yang unik ini digolongkan dalam gunung yang non aktif. Bentuknya yang lancip ini dapat dengan jelas dilihat dalam perjalanan dari Klaten menuju Boyolali atau sebaliknya. Pendakian menuju puncak merbabu ini pun dapat pula menggunakan jalur selo yang juga adalah merupakan jalur pendakian menuju puncak merapi. Selain dari selo pendakian gunung Merbabu ini juga dapat dilakukan dari daerah wisata Kopeng. Banyak pendaki yang memulai pendakian dari Kopeng dan turun menuju ke selo ataupun sebaliknya. Hal itu dilakukan dengan alasan untuk menghilangkan jenuhnya pendakian.
Hanya saja jalur yang terdapat di gunung merbabu ini sangat rawan (banyak percabangan jalan) sehingga pendaki harus berhati-hati dalam menentukan jalur yang dilewatinya. Dan akhir-akhir ini banyak pendaki yang memulai pendakiannya dari jalur wekas. disamping vegetasi yang masih baik mata air gunung merbabu dapat ditemukan bila pendaki menggunakan jalur sebagai jalur pendakiannya. Hutan gunung
Setelah didiskusikan berulang kali maka posisi organisasi ini berdiri sendiri dan dengan pengawasan BEM J.(kalau di indonesia seperti daerah istimewa yang mempunyai ADART sendiri).
Sejarah Perekrutan Anggota :
Tahun 2005 di Pnck G. Penanggungan (15 orang)
Tahun 2006 di G. Bromo (7 orang)
Tahun 2007 di Ranu Pane (11 orang)
Tahun 2008 di Pet Bocor/Tretes (12 orang)

Kegiatan yang pernah dilakukan 2 tahun terakhir :
Mei 2009 (ekspedisi G. Merbabu)
April 2009 (bersih kampus dalam rangka “Hari Bumi” 2009)
Maret 2009 (Reboisasi/penanaman 1000 pohon di Kab. Nganjuk)
Februari 2009 (ekspedisi P. Sempu)
Desember 2008 (nonton bareng dan tumpengan HUT Geopala)
November 2008 (kuliah umum “study geografi tentang rekonstruksi G. Tengger”)
Agustus 2008 (Pendakian bersama G. Argopuro)
Mei 2008 (ekspedisi G. Welirang)
Februari 2008 (ekspedisi G. Arjuno)

Tidak ada komentar: